PENGARUH MUSIK TERHADAP PENURUNAN KADAR MINERAL PERMUKAAN EMAIL PADA
KONDISI DEFISIENSI PROTEIN
Gema Fajar Gunawan
Produksi Ternak Unggas dan Perah, Fakultas Peternakan, Universitas Jendral
Soedirman, Purwokerto 53123, Indonesia
E-mail: gemacules@gmail.com
Abstrak
Proliferasi
ameloblas dan sintesis matriks protein yang distimulasi oleh hormon pertumbuhan
(GH) mempengaruhi proses mineralisasi email. Protein defisiensi mengakibatkan
hipoplasia email dan penurunan kadar GH. Pada manusia, paparan musik dapat
meningkatkan kadar GH. Tujuan: Menganalisis efek paparan musik sejak pranatal
terhadap penurunan kadar kalsium (Ca) dan fosfor (P) permukaan gigi tikus
dengan defisiensi protein. Eksperimen: Tiga-puluh-dua ekor tikus Wistar dibedakan
menjadi kelompok dengan dan tanpa paparan musik. Paparan musik diberikan sejak
masa-gestasi hari pertama sampai anak tikus diterminasi, diberikan setiap pagi
(musik pengantar tidur) dan sore hari (musik klasik, barok, romantik). Sejak
usia 2 hari secara acak sederhana anak tikus dibedakan menjadi kelompok dengan
nutrisi normal mengandung protein 19.5% dan dengan asupan protein 7.5%.
Mandibula 6 anak tikus dari masing-masing kelompok perlakuan yang diterminasi
pada usia 2 dan 5 minggu dikeluarkan, dibelah menjadi setengah mandibula,
dibersihkan, dikeringkan, dan digunakan untuk pengukuran persentase kadar Ca
dan P permukaan email insisif bawah menggunakan metode Energy Dispersive
X-ray (EDX). Data dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah dengan
α 0.05. Hasil: Pada usia 2 minggu, kadar Ca (8.6%) dan P (10.6%) permukaan
email tikus dengan nutrisi normal dan paparan musik lebih tinggi dari Ca (3.9%)
dan P (7.9%) email tikus dengan defisiensi protein tanpa musik (P<0.029).
Pada tikus 5 minggu dengan defisiensi protein, kadar P (6.1%) email tikus
dengan paparan musik, lebih tinggi dari kadar P email (2.8%) tikus tanpa musik
(P<0.034). Kesimpulan: Musik memiliki potensi untuk meminimalkan penurunan
kadar Ca dan P permukaan email pada kondisi defisiensi protein
Abstract
Effect
of Music on the Decreased Enamel-Surface Mineral Content of Rat Teeth with
Protein Deficiency. Protein deficiency could lead to enamel hypoplasia and decreased level
of Growth Hormone (GH). Cell proliferation and synthesis of enamel-matrix which
affect the mineralization process of the tissue, are stimulated by GH. Music
was reported to be able to increase GH. Objective: Analyzing the effect of
music exposure since prenatal on the decreased Calcium (Ca) and Phosphor (P)
content of the enamel-surface of rat-pups in protein-deficiency condition.
Experiment: Thirty-two rats on the first day of gestation period were divided
into groups with and without music. Music were given twice daily, lullabies
every early morning, and classic, baroc, and romantic music every evening. At
2-days-old the rat-pups were further divided into groups with normal diet
contained 19.5% protein, and groups with protein deficiency diet contained 7.5%
protein. At 2- and 5-weeks-old, 6 rat pups from each group were randomly
terminated, the mandibles were dissected out, cut into hemi-mandibles, cleaned,
and dried. The percentage of Ca and P content of the lower-incisor enamel-surface
was analyzed using Energy Dispersive X-ray (EDX), data were analyzed
using One Way ANOVA with α 0.05. Results: At 2-weeks-old, the Ca (8.6%)
and P (10.6%) contents of enamel-surface of pups with normal-diet and music
were higher than the Ca (3.9%) and P(7.9%) contents of enamel-surface of pups
with protein-deficiency with no music (P<0.029). Among 5-weeks-old pups with
protein-deficiency, the P content (6.1%) of enamel-surface of pups with music
were higher than P content (2.8%) of enamel-surface of pups with no music
(P<0.034). Conclusion: Music has a potency to minimize the decreased Ca and
P enamel content on the protein deficiency condition.
Keywords:
enamel, mineral, music, protein-deficiency
1. Pendahuluan
Kasus gizi buruk akibat
defisiensi protein masih banyak dijumpai di berbagai negara berkembang termasuk
di Indonesia. Sebagian besar penderita gizi buruk adalah balita. Gizi buruk
pada periode balita yang merupakan masa emas pertumbuhan dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan 1,2. Seperti jaringan saraf, email
gigi
tidak memiliki kemampuan melakukan regenerasi. Karenanya, gangguan pertumbuhan
pada kedua jaringan tersebut dapat mengakibatkan penurunan kualitas yang
menetap 3. Telah diketahui bahwa defisiensi protein selama periode pertumbuhan
dapat mengakibatkan penurunan kepadatan tulang dan pada gigi mengakibatkan
hipoplasia email. Pada hipoplasia email terjadi hambatan deposisi matriks serta
penurunan mineralisasi email sehingga email menjadi rentan terhadap karies 4,5.
Kekuatan jaringan keras
tubuh sepenuhnya tergantung pada komposisi dan kristal-kristal kalsium fosfat
yang menyusunnya. Dalam proses pembentukan senyawa kalsium fosfat menjadi
kristal apatit yang berlangsung sejak periode pranatal sampai periode
anak-anak, terjadi interaksi antara proses pembentukan matriks dan proses
mineralisasi 3,6,7. Ciri utama jaringan keras tubuh adalah kandungan berbagai
protein matriks yang mampu menarik dan mengorganisasi ion-ion kalsium dan
fosfat menjadi satu fase mineral yang terstruktur dan stabil 6,7.
Berbagai penelitian
mutakhir melaporkan peran somatotropin/hormon pertumbuhan/Growth Hormone (GH)
dan Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1) dalam berbagai tahap odontogenesis
8-18. Penelitian in vitro menunjukkan kemampuan GH menstimulasi proliferasi
osteoblast, preameloblast, dan sintesis matriks dentin 15,19. Penelitian in
vivo menunjukkan peran GH dalam menstimulasi odontoblast untuk mensekresikan
beberapa protein email dan faktor pertumbuhan yang berperan dalam biosintesis
matriks email dan dentin gigi tikus 9,10,15. Pada roden juga terbukti GH
menginduksi ekspresi IGF-1 pada odontoblast 9,20,21. Dalam odontogenesis, IGF-1
berperan dalam diferensiasi dan proliferasi sel-sel preameloblast, odontoblast,
dan pembentukan matriks email dan dentin 9,15,20-22.
Asupan nutrisi
mempengaruhi kadar GH dan IGF-1 dalam darah. Malnutrisi terutama Kurang Energi
Protein (KEP) dapat menyebabkan gangguan produksi enzim dan hormon.19,23,24
Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa asupan protein terbatas mengakibatkan
penurunan kadar GH dan IGF-1 darah sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan
dan pembentukan tulang korteks 24,25.
Sejak mulai berkembang di
akhir tahun 1940an, penggunaan musik sebagai terapi alternatif menginduksi
dilakukannya berbagi penelitian mengenai efek biologik musik. Berbagai
penelitian baik pada tanaman, hewan, atau pada manusia mengindikasikan adanya
potensi musik dalam menstimulasi pertumbuhan. Pada manusia, selain diketahui
dapat mengurangi stres serta memodulasi kondisi emosional dan hormonal 26,
paparan musik juga terbukti dapat mempercepat peningkatan berat badan bayi-bayi
prematur 27. Pada orang dewasa latihan drum atau keyboard dapat meningkatkan
kadar GH darah 26,28. Pada tanaman Jagung, Marigold, Zinnia, dan Petunia, paparan
musik klasik menghasilkan lebih banyak bunga sedangkan paparan musik rock
menyebabkan tanaman tersebut kering 26,29. Pada sapi, paparan musik tenang
dapat meningkatkan produksi susu 30, dan pada tikus dapat meningkatkan jumlah
sel saraf, serta faktor pertumbuhan jaringan saraf 31,32. Dalam penelitian
pendahuluannya pada tikus, Puspitawati membuktikan adanya hubungan bermakan
antara paparan musik sejak dalam kandungan dengan berat dan panjang badan,
dengan panjang mandibula, dan dengan ukuran dan proporsi erupsi gigi molar
pertama bawah 33-36.
Mengetahui bahwa kekuatan
jaringan keras tubuh termasuk email ditentukan sejak dalam proses
pertumbuhannya, dan bahwa GH dan/IGF-1 berperan dalam berbagai tahap
odontogenesis maka dapat diasumsikan bahwa peningkatan sekresi dan aktifitas GH
dan/IGF-1 dapat meningkatkan kekuatan email. Defisiensi protein diketahui dapat
menurunkan kadar GH dan IGF-1, serta menghambat proses mineralisasi email.
Sebaliknya, musik dilaporkan meningkatkan kadar GH darah, dan meningkatkan ukuran
mandibula dan gigi yang mengindikasikan pertumbuhan jaringan gigi yang lebih
aktif. Karenanya tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh paparan
musik sejak janin terhadap penurunan kadar Kalsium (Ca) dan Fosfor (P)
permukaan email anak tikus usia 2 dan 5 minggu pada kondisi defisiensi protein
isokalorik 7.5% paska natal.
2. Eksperimental
Dalam penelitian ini
hewan percobaan dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu kelompok dengan
asupan nutrisi normal tanpa musik, kelompok dengan asupan protein terbatas
tanpa musik, kelompok dengan asupan nutrisi normal dengan musik, dan kelompok
dengan asupan protein terbatas tanpa musik. Jumlah sampel ditentukan
berdasarkan rumus Federer (t - 1)(n - 1) ≥ 15. Karena dalam eksperimen ini
terdapat 4 kelompok perlakuan maka dari formula tersebut diperoleh jumlah
sampel minimal untuk masing-masing kelompok adalah 6.
Tiga-puluh-dua ekor tikus
Wistar hamil hari pertama dibedakan menjadi kelompok kontrol tanpa musik
dan kelompok eksperimen dengan paparan musik. Kedua kelompok tikus tersebut
dipelihara dalam ruang terpisah tetapi memiliki kondisi temperatur,
pencahayaan, dan luas ruangan yang sama. Paparan musik diberikan 2 kali setiap
hari yaitu musik klasik, barok, dan romantik setiap pukul 17.30-19.55 WIB dan musik
pengantar tidur setiap pukul 5.30-6.50 WIB. Anak tikus berusia 2 hari, baik
yang lahir dari induk tikus kelompok kontrol maupun dari kelompok eksperimen,
dibedakan lagi menjadi kelompok dengan asupan diet normal MAKARA, KESEHATAN,
VOL. 12, NO. 1, JUNI 2008: 1-7 3
mengandung
370 kkal (protein 19.54%), dan kelompok dengan asupan protein terbatas
mengandung 370 kkal (protein 7.5%) yang diberikan secara ad libitum.
Pada usia 2 dan 5 minggu, secara acak sederhana 6 ekor anak tikus dari
masing-masing keempat kelompok perlakuan diterminasi, mandibula lengkap dengan
gigi-geliginya dikeluarkan dari rongga mulut, dibelah menjadi hemi-mandibula,
dibersihkan dari jaringan lunak, dikeringkan dan disimpan dalam wadah kering
sampai dilakukan pemeriksaan.
Pengukuran persentase
kadar Ca dan P permukaan email dilakukan pada permukaan mesio-lingual gigi
insisif bawah yang masih tertanam pada hemi-mandibula, dengan menggunakan mikroskop
elektron SEM yang terhubung dengan komputer berisi piranti lunak untuk analisis
Energy Dispersive X-Ray (EDX). Pengukuran pada setiap sampel gigi
dilakukan di 3 titik. Prinsip metode EDX adalah pemberian sinar elektron yang
mengakibatkan emisi backscattered berupa energi elektron dari material
yang diperiksa. Persentase elemen yang terkandung pada permukaan email
dianalisis berdasarkan perbandingan dengan jumlah elemen yang sama yang
terkandung dalam standar yang terpasang pada alat. Standar yang digunakan untuk
elemen Ca adalah orthoclase, dan untuk P adalah GaP. Analisis konsentrasi
elemen berdasarkan nilai normalized results yaitu jumlah persentase
seluruh elemen yang diperiksa adalah 100%.
Dengan uji Kolmogorov-Smirnov
dan Saphiro-Wilk diketahui bahwa data berdistribusi normal
(P>0.05). Analisis data dilakukan dengan uji One Way ANOVA dan uji Post
Hoc LSD dengan kemaknaan 0.05.
3. Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian ini efek
defisiensi protein isokalorik 7.5% paska natal terhadap persentase kadar Ca dan
P permukaan email dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran pada 4
kelompok hewan yaitu kelompok nutrisi normal tanpa musik (KN), kelompok
defisiensi protein tanpa musik (KDP), kelompok nutrisi normal dengan musik
(MN), dan kelompok defisiensi protein dengan musik (MDP).
Seperti terlihat pada
Tabel 1, pada anak tikus usia 2 minggu paparan musik sejak janin tidak
menimbulkan efek yang bermakna, karena tidak ada perbedaan signifikan antara
kelompok dengan dan tanpa musik, baik pada hewan dengan nutrisi normal (MN >
KN, P > 0.05) maupun pada hewan dengan defisiensi protein (MDP > KDP, P
> 0.05). Meskipun secara statistik tidak bermakna, tetapi sudah terlihat
adanya penurunan kandungan Ca permukaan email akibat defisiensi protein pada
hewan tanpa paparan musik (KN > KDP, P > 0.05), dan adanya peningkatan Ca
email akibat paparan musik (MN > KN dan MDP > KDP, P > 0.05). Dari
keempat kelompok perlakuan, urutan kandungan Ca permukaan email dari paling
tinggi ke paling rendah adalah; kelompok nutrisi normal dengan musik, kelompok
nutrisi normal tanpa musik, kelompok defisiensi protein dengan musik, dan
kelompok defisiensi protein tanpa musik. Pada hewan dengan nutrisi normal,
musik dapat meningkatkan kadar Ca permukaan email sehingga kadar Ca email kelompok
nutrisi normal dengan musik lebih tinggi bermakna dibandingkan kelompok
defisiensi protein dengan (MN > MDP, 0.003) dan tanpa musik (MN > KDP, P
= 0.001). Pada usia 5 minggu, pola perbandingan kandungan Ca email antar
keempat kelompok sama seperti di usia 2 minggu yaitu secara berurutan tertinggi
pada kelompok nutrisi normal dengan musik, nutrisi normal tanpa musik,
defisiensi protein dengan musik, dan terendah pada kelompok defisiensi protein
tanpa musik. Pada usia 5 minggu defisiensi protein mengakibatkan penurunan
bermakna kandungan Ca email baik pada hewan dengan atau tanpa musik (KN >
KDP, P = 0.000 dan MN > MDP, P = 0.001). Meski secara statistik tidak
bermakna, tetapi dari nilai mean dan grafik dapat terlihat bahwa kandungan Ca
email hewan dengan musik lebih tinggi dari hewan tanpa musik (MN > KN, P
> 0.05 dan MDP > KDP, P > 0.05).
Tabel
1. Persentase kadar Ca permukaan email insisif bawah tikus
Usia (mg)
|
Kelompok
|
Mean Kadar Ca
(%)
|
Perbedaan Bermakna antar Kelompok
|
Signifikansi Perbedaan (P)
|
|||||
2
|
KN
|
6.4408
|
|||||||
KDP
|
3.9867
|
MN
> KDP
|
0.001
|
||||||
MN
|
8.5558
|
||||||||
MDP
|
4.3125
|
MN > MDP
|
0.003
|
||||||
5
|
KN
|
9.1367
|
KN > KDP
|
0.000
|
|||||
KDP
|
1.0958
|
KN > MDP
|
0.002
|
||||||
MN
|
10.0108
|
MN > KDP
|
0.000
|
||||||
MDP
|
3.4692
|
MN > MDP
|
0.001
|
||||||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar