FISIOLOGI PENCERNAAN MONOGASTRIK DAN POLIGASTRIK
Pendahuluan 1.
1.Teori Dasar
Berdasarkan alat pencernaannya atau tipe lambung yang
dimilikinya, hewan dibagi dalam dua kelompok yakni : hewan monogastrik dan
hewan poligastrik. Hewan monogastrik adalah hewan-hewan yang memiliki lambung
sederhana atau lambung tunggal seringkali disebut hewan nonruminansia.
Sedangkan hewan poligastrik adalah hewan-hewan yang mempunyai lambung jamak
atau banyak, yaitu mempunyai empat bagian lambung rumen, retikulum, omasum, dan
abomasum disebut juga hewan ruminansia.
Hewan monogastrik dapat pula dibedakan berdasarkan makanan
utamanya, atau kebiasaan makan dan jenis makanan yang dikonsumsinya, yaitu
karnivora (hewan pemakan daging) contohnya anjing dan kucing ; hewan omnivora
(hewan pemakan tumbuhan dan hewan) contohnya babi dan ayam ; dan hewan
herbivora (hewan pemakan tumbuhan) contonya kuda dan kelinci.Hewan-hewan
herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut sebagai hewan
memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan ini lebih
panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit
dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan
sistem pencernaan hewan lain.
Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan ruminansia,
tampak pada struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar) yang besar,
berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Di samping itu, pada
hewan ruminansia terdapat modifikasi lambung yang dibedakan menjadi 4 bagian,
yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan
abomasum (perut masam).
Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan
makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan
abomasums 7-8'/o.Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot spingter
berkontraksi.
Abomasum merupakan lambung yang sesungguhnya pada hewan
ruminansia. Hewan herbivora, seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai
struktur lambung seperti halnya pada sapi untuk fermentasi selulosa. Proses
fermentasi atau pembusukan yang dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang
banvak mengandung bakteri. proses fermentasi pada sekum tidak seefektif
fermentasi yang terjadi dilambung. Akibatnya, kotoran kuda, kelinci, dan marmut
lebih kasar karena pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yaitu pada
sekum. Sedangkan pada sapi, proses pencernaan terjadi dua kali, yaitu pada
lambung dan sekum keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Adanya bakteri selulotik pada lambung hewan memamah biak
merupakan bentuk simbiosis mutualisme yang dapat menghasilkan vitamin B serta
asam amino. Di samping itu, bakteri ini dapat ,menghasilkan gas metan (CH4),
sehingga dapat dipakai dalam pembuatan biogas sebagai sumber energi altematif.
Kelinci dewasa menyerap protein (sampai 90%) di usus halus
mereka, namun tergantung pada sumbernya. Protein dari alfalfa, sebagai
contohnya, tidak dapat dicerna oleh kelinci. Kelinci sangat payah dalam hal
mencerna selulosa (Fraga 1990) hal ini merupakan paradoks bagi hewan pemakan
tumbuhan. Daya cerna yang lemah terhadap serat dan kecepatan pencernaan kelinci
untuk menyingkirkan semua partikel yang sulit dicerna menyebabkan kelinci
membutuhkan jumlah makanan yang besar (Sakaguchi 1992)
Proses pencernaan dimulai di mulut, dimana makanan akan
diremukkan oleh gigi. Ketika seekor kelinci makan, ia akan mengunyah kirakira
300 kali dan mencampurkannya dengan liurnya. Ketika makanan sudah terasa halus,
kelinci akan menelan makanan melewati kerongkongan dan makanan akan berpindah
ke lambung, disana kontraksi otot akan meremas dan memutar makanan, memisahkan
partikel-partikel dan mencampurkan mereka dengan cairan lambung. Namun fungsi
utama lambung sendiri sebagai organ penyimpanan dan sterilisasi sebelum makanan
dipindah ke usus halus.Bagian penting dari pencernaan baru akan dimulai di usus
halus, dimana asam lambung dineutralisir dan enzim-enzim dari hati dan pankreas
dicampur dengan makanan. Enzim ini penting untuk mencerna dan menyerap
karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Kemudian 90% fruktosa, protein, dan
sari-sari makanan lain akan diserap, namun selulosa dan serat lain yang tidak
dapat dicerna dengan baik (termasuk kulit pohon yang sering digerogoti kelinci
maupun serat yang ada di pellet mereka) akan disingkirkan.Dalam cecum, bakteri
akan mencerna selulosa, hampir semua jenis gula, sari-sari makanan dan protein
berlebih yang tidak tercerna di usus halus. Setiap 3 sampai 8 jam cecum akan
berkontraksi dan memaksa material yang ada di dalamnya untuk kembali ke usus
besar, dimana sisa-sisa tersebut akan dilapisi oleh lendir, dan berpindah ke
anus. Sisa-sisa ini akan menjadi kotoran yang berbentuk seperti anggur hitam
kecil-kecil yang disebut “cecothropes” atau “cecal pills”. Untungnya, proses
ini lebih sering terjadi dimalam hari. Kelinci biasanya akan memakan
cecothropesnya kembali langsung dari anus untuk mencerna kembali sari-sari
makanan yang tidak tercerna tadi dan menerima nutrisi yang lebih banyak. Meski
terlihat sangat menjijikan, proses ini sangat penting bagi pencernaan kelinci
dan menjaga agar kelinci tetap sehat!Sedangkan partikel-partikel besar dari
serat yang tidak tercerna yang dibuang ke usus besar akan membentuk kotoran
keras berbentuk bundar (fecal pills). Cecal pills berbentuk anggur dan sedikit
basah karena terbentuk dari sisa-sisa makanan dan partikel serat kecil. Fecal
pills berbentuk bulat dan keras karena terbentuk dari serat kasar dan dibuang
secara melingkar. Maka, ketika fecal pills ini terlihat lembek (apalagi berair)
hal itu dapat berarti terdapat kondisi tidak normal dalam pencernaan kelinci.
Alat dan Bahan
Alat-alat operasi Organ dalam pencernaan ternak
monogastrik (ayam), monogastrik herbivor (kelinci), dan poligastrik (domba)
Gambar anatomi pencernaan ayam, kelinci, dan domba
2.
Prosedur Kerja
3.
a. Pencernaan Ayam
1.
Sediakan saluran pencernaan ayam mulai dari mulut
sampai kloaka pada meja praktikum
2.
Perhatikan dan lihat alat-alat pencernaan tersebut
hingga kita bisa mengetahui alat-alat pencernaan pada ayam satu per satu
3.
Pelajarilah fungsi dari tiap alat pencernaan ayam, jika
tidak ada yang mengerti praktikan bisa menanyakan pada dosen atau asisten
4.
Lihatlah bentuk ransum yang dimakan ayam secara
kronologis mulai dari mulut hingga kloaka 5. Kemudian gambarlah alat pencernaan
ayam secara utuh mulai dari kepala hingga anus. Bandingkan dengan gambar
literatur
b. Pencernaan Kelinci
1.
Sediakan saluran pencernaan kelinci mulai dari mulut
sampai anus pada meja praktikum
2.
2. Perhatikan dan lihat alat-alat pencernaan tersebut
hingga kita bisa mengetahui alat-alat pencernaan pada kelinci satu per satu
3.
. Perhatikan bagian-bagian dan isi saluran pencernaan
tersebut yang merupkan proses fisiologik terjadi
4.
Pelajarilah fungsi dari tiap alat pencernaan kelinci,
jika tidak ada yang mengerti praktikan bisa menanyakan pada dosen atau
asisten
5.
Kemudian gambarlah alat pencernaan kelinci secara utuh
mulai dari kepala hingga anus. Bandingkan dengan gambar literatur
C.
Pencernaan Domba
1. Sediakan saluran pencernaan
domba mulai dari mulut sampai anus pada meja praktikum
2.
Perhatikan dan lihat alat-alat pencernaan tersebut
hingga kita bisa mengetahui alat-alat pencernaan pada domba satu per satu
3.
Perhatikan bagian-bagian dan isi saluran pencernaan
tersebut secara krolologis mulai dari kerongkongan sampai anus yang merupkan
proses fisiologik terjadi 4.
4.
Pelajarilah
fungsi dari tiap alat pencernaan domba, jika tidak ada yang mengerti praktikan
bisa menanyakan pada dosen atau asisten 5.
5.
Kemudian gambarlah alat pencernaan domba secara utuh
mulai dari kepala hingga anus. Bandingkan dengan gambar literatur
3.
4.
Hasil Pengamatan
3.1 Pencernaan Ayam Gambar Asli Gambar Literatur Bentuk
Pakan
a. Tembolok lum : Pakan hanya disimpan bentuknya berupa
pakan kasar yang be-
dicerna secara mekanis
b. Proventriculus : Pakan dicerna secara mekanis, sehingga
menjadi bolus, dan terdapat kerikil dan sejenis rumputan di dalamnya untuk
membantu pencernaan secara mekanik
C. Ventriculus
: Berbentuk kimus/seperti bubur karena diventrikulus dicerna secara mekanik dan
kimiawi
d. Usus halus
halus : Sudah halus dan sudah siap diserap oleh pemb.darah di usus halus
3.3 Pencernaan
Domba Gambar Asli Gambar Literatur
Bentuk Pakan
a. Rumen untuk : Berbentuk serat-serat kasar, disini juga
terjadi proses fermentasi mencernakan selulosa dengan bantuan bakteri selulotik
b. Retikulum : Bentuk pakan sudah mulai lembek, karena
sebelumnya sudah pencernaan kimiawi dan fermentasi di rumen
c. Omasum : pakan
sudah lembut,seprti bubur dan terbentuk gelembung gelembung gas pada pakan
d. Abomasum : Berbentuk bubur karena disini makanan
dicerna secara mekanik dan kimiawi
e. Usus Halus :bentuk pakan sudah lembut dan nutrisi siap
diserap oleh pembuluh darah
f. Usus Besar : Bentuk pakan agak padat karena disini
mengalami absorpsi air
4. Pembahasan
Semua zat yang berasal dari tumbuhan dan hewan terdiri dari
komponen kompleks yang tak dapat digunakan begitu saja, karena itu memerlukan
pemecahan agar menjadi komponen yang lebih sederhana. Fungsi utama digesti
adalah memecah molekul kompleks dan molekul besar dalam makanan sehingga
molekul itu dapat diserap dan digunakan tubuh. Penguraian komponen kompleks
menjadi komponen sederhana disebut hidrolisis (Tillman,. At al, 1984).
Sistem digesti pada ternak dibagi menjadi dua macam yaitu
monogastrik dan poligastrik. Monogastrik memiliki saluran pencernaan meliputi
mulut, oesophagus, stomach, small intestinum, large intestinum, rektum dan
anus. Sedangkan pada poligastrik perut dibagi menjadi empat yaitu rumen,
reticulum, omasum, omasum, dan abomasum, small sehingga intestinum, urutan
large saluran pencernannya menjadi mulut, oesophagus, rumen, reticulum,
abomasum, intestinum, rektum dan anus (Swenson,1997).
Sistem saluran pencernaan terdiri atas saluran yang
dilapisi oleh membran mukosa yang berhubungan dengan kulit luar, pada mulut dan
anus. Empat lapisan yang menyusun dinding saluran pencernaan dari luar ke dalam
adalah epitel squamous (di dalam bagian glandular dari perut serta kolon
sederhana), lamina propria (termasuk mukosa dan sub mukosa muskularis),
otot-otot (seran lintang esophagus, otot halus, pada bagian selainnya esofagus
yang umumnya bagian dalam sirkuler juga bagian luar longitudinal), arah kaudal
terhadap diafragma serta yang menutupi sebagian besar saluran pencernaan (suatu
penutup serosa bagian luar yang disebut peritonium viseral) (Frandson,1992).
Langkah-langkah dalam sistem digesti meliputi, mekanis,
biologis dan enzimatis. Sistem mekanis dilakukan dengan prehension,
reinsalivasi, dan remastikasi serta redeglutisi. Didalam rumen terdapat
mikroflora rumen yang berfungsi untuk mencerna selulose dan hemisellulose
menjadi VFH, CO2, CH4 dan energi panas. Fungsi lain dari organisme rumen adalah
sebagai sumber energi, sumber asam amino, dan sintesis vitamin B. Sistem
digesti juga dibantu oleh glandula saliva, pancreas dan hati merupakan kelenjar
tambahan.
Hewan non ruminansia (unggas) memiliki pencernaan
monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas kecil. Makanan ditampung di dalam
crop kemudian empedal/gizzard terjadi penggilingan sempurna hingga halus.
Makanan yang tidak tercerna akan keluar bersama ekskreta, oleh karena itu sisa
pencernaan pada unggas berbentuk cair. Sistem pencernaannya disebut simple
monogastric system.
Zat kimia dari hasil–hasil sekresi kelenjar pencernaan
memiliki peranan penting dalam sistem pencernaan manusia dan hewan monogastrik
lainnya. Pencernaan makanan berupa serat tidak terlalu berarti dalam spesies
ini. Unggas tidak memerlukan peranan mikroorganisme secara maksimal, karena
makanan berupa serat sedikit dikonsumsi. Saluran pencernaan unggas sangat
berbeda dengan pencernaan pada mamalia. Perbedaan itu terletak didaerah mulut
dan perut, unggas tidak memiliki gigi untuk mengunyah, namun memiliki lidah
yang kaku untuk menelan makanannya. Perut unggas memiliki keistimewaan yaitu
terjadi pencernaan mekanik dengan batubatu kecil yang dimakan oleh unggas di
gizzard.
Hewan berperut ganda (kompleks) seperti ruminansia sejati
(hewan yang mempunyai rumen) yaitu sapi kerbau, kambing, domba, rusa, anoa,
antelope dan pseudo-ruminant (onta, llama). Sistem pencernaannya disebut
pollygastric system. Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari rongga mulut
(oral), kerongkongan (oesophagus), proventrikulus (pars glandularis), yang
terdiri dari rumen, retikulum, dan omasum; ventrikulus (pars muscularis) yakni
abomasum, usus halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum), sekum
(coecum), kolon, dan anus. Lambung sapi sangat besar, yakni ¾ dari isi rongga
perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang
akan dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi
pembusukan dan peragian.
Pada hewan lambung
tunggal (kelinci) organ saluran pencernaanya terdiri dari mulut, faring,
kerongkongan, lambung (gastrum), usus halus (intestineum tenue), yang terdiri
dari doedenum, jejenum, ileum, usus besar (intestinum crasum), yang terdiri
dari kolon, sekum, dan rektum kemudian berakhir pada anus.
B. Sistem
Pencernaan Ayam (Monogastrik)
Sistem pencernaan unggas
berfungsi mencerna dan mengabsorpsi zatzat makanan serta mengeluarkan sisanya
yang tidak melalui anus, tetapi melalui kloaka. Urutan organ pencernaannya
yaitu mulai dari rostrum, esophagus, tembolok, ventrikulus proventrikulus,
intestinum, dan cloaca.
Panjang alat pencernaan pada ayam sekitar 245 – 255 cm,
tergantung pada umur dan jenis unggas. Prinsip pencernaan pada ayam ada tiga
macam :
1. Pencernaan secara mekanik (fisik); Unggas tidak bergigi
dan sebagai-gantinya maka makanan yang besar atau yang keras digiling di dalam
perut pengunyah. Di situ makanan dipecah menjadi partikel-partikel kecil
Pencernaan ini dilakukan oleh kontraksi otot polos, terutama terjadi di empedal
(gizzard) yang dibantu oleh bebatuan (grit). Pencernaan ini banyak terjadi pada
ayam yang dipelihara secara umbaran sehingga mendapatkan grit lebih banyak
daripada ayam yang dipelihara secara terkurung.
2. Pencernaan secara kimiawi (enzimatik);Pencernaan secara
kimia dilakukan oleh enzim pencernaan yang dihasilkan: (1) kelenjar saliva di
mulut; (2) enzim yang dihasilkan oleh proventrikulus; (3) enzim dari pankreas;
(4) enzim empedu dari hati; dan (5) enzim dari usus halus. Peranan enzim-enzim
tersebut sebagai pemecah ikatan protein, lemak, dan karbohidrat.
3. Pencernaan secara mikrobiologik (jumlahnya sedikit
sekali) dan terjadi di sekum dan kolon. Secara umum pencernaan pada unggas
meliputi aspek:
- digesti yangterjadi ventrikulus terjadipadaparuh,tembolok, usus (smallproventrikulus, - - absorpsi yang(empedal/gizzard), usus halus halus, usus besar, dan ceca; pada intestinum) melalui vili-vili (jonjot usus); Penyerapan zat-zat makanan sebagian besar terjadi di dalam usus halus (duodenum) karena permukaan dinding usus ini diperluas oleh adanya lipatan-lipatan dan villi, zat-zat makanan yang tidak dapat dicerna, tidak banyak bermanfaat (bakteri) bahan-bahan bagi unggas karena mikroorganisme pemecahan tempat yang seharusnya membantu makanan tidak mempunyai khusus, dalam sistem pencernaan unggas. Hal ini sangat berbeda dengan ruminansia. Air sebagai zat makanan yang berada di dalam bahan makanan tersisa, diserap kembali oleh dinding usus besar dan dimanfaatkan kembali oleh tubuh unggas.
- metabolisme yang terjadi pada sel tubuh yang kemudian disintesis menjadi protein, glukosa, dan hasil lain untuk pertumbuhan badan, produksi telur atau daging, pertumbuhan bulu, penimbunan lemak, dan menjaga/memelihara tubuh pada proses kehidupannya.
- digesti yangterjadi ventrikulus terjadipadaparuh,tembolok, usus (smallproventrikulus, - - absorpsi yang(empedal/gizzard), usus halus halus, usus besar, dan ceca; pada intestinum) melalui vili-vili (jonjot usus); Penyerapan zat-zat makanan sebagian besar terjadi di dalam usus halus (duodenum) karena permukaan dinding usus ini diperluas oleh adanya lipatan-lipatan dan villi, zat-zat makanan yang tidak dapat dicerna, tidak banyak bermanfaat (bakteri) bahan-bahan bagi unggas karena mikroorganisme pemecahan tempat yang seharusnya membantu makanan tidak mempunyai khusus, dalam sistem pencernaan unggas. Hal ini sangat berbeda dengan ruminansia. Air sebagai zat makanan yang berada di dalam bahan makanan tersisa, diserap kembali oleh dinding usus besar dan dimanfaatkan kembali oleh tubuh unggas.
- metabolisme yang terjadi pada sel tubuh yang kemudian disintesis menjadi protein, glukosa, dan hasil lain untuk pertumbuhan badan, produksi telur atau daging, pertumbuhan bulu, penimbunan lemak, dan menjaga/memelihara tubuh pada proses kehidupannya.
Asesoris
pencernaan pada ayam terdiri atas dua bagian, yakni hati yang menghasilkan
getah empedu dan pankreas.
C. Sistem Pencernaan Kelinci (Monogastrik Herbivor)
Kelinci termasuk pseudoruminant yaitu herbivora yang tidak dapat mencerna serat
kasar dengan baik. Kelinci memfermentasikan pakan di coecum yang kurang lebih
50% dari seluruh kapasitas saluran pencernaannya. Menurut Blakely dan Bade
(1991), sistem pencernaan kelinci merupakan sistem pencernaan yang sederhana
dengan coecum dan usus yang besar. Hal ini memungkinkan kelinci dapat
memanfaatkan bahan-bahan hijauan, rumput dan sejenisnya. Bahan-bahan itu
dicerna oleh bakteri di saluran cerna bagian bawah seperti yang terjadi pada
saluran cerna kuda. Kelinci mempunyai sifat coprophagy yaitu memakan feses yang
sudah dikeluarkan. Feses ini berwarna hijau muda dan lembek. Hal ini terjadi
karena konstruksi saluran pencernaannnya sehingga memungkinkan kelinci untuk
memanfaatkan secara penuh pencernaan bakteri di saluran bagian bawah atau yaitu
mengkonversi protein asal hijauan menjadi protein bakteri yang berkualitas
tinggi, mensintesis vitamin B dan memecah selulose/serat menjadi energi yang
berguna. Urutan sistem digesti kelinci adalah sebagai berikut: a. Mulut Di
dalam mulut terjadi pencernaan secara mekanik yaitu dengan jalan mastikasi
bertujuan untuk memecah pakan agar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan
mencampurnya dengan saliva yang mengandung enzim amilase yang mengubah pati
menjadi maltosa agar mudah
ditelan. b. Oesophagus Merupakan lanjutan dari pharing dan
masuk ke dalam cavum abdominale dan bermuara pada bagian ventriculus. c.
Ventriculus Lambung kelinci disebut juga ventrikulus yang terdiri dari tiga
bagian yaitu bagian awal (kardia), bagian tengah (fundus) dan bagian akhir
(pilorus). Ventrikulus berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan dan tempat
terjadinya proses pencernaan dimana dinding lambung mensekresikan getah lambung
yang terdiri dari air, garam anorganik, mucus, HCl, pepsinogen dan faktor
intrinsik yang penting untuk efisiensi absorbsi vitamin B12. Keasaman getah
lambung bervariasi sesuai dengan macam makanannya. Pada umumnya sekitar 0,1N
atau ber-pH lebih kurang dari 2. d. Usus halus Terdiri dari duodenum, jejenum
dan illeum. Kelenjar branner menghasilkan getah duodenum dan disekresikan ke
dalam duodenum melalui vili-vili dan getah ini bersifat basa. Getah pankreas
yang dihasilkan disekresikan ke dalam duodenum melalui ductus pancreaticus.
Jejenum merupakan kelanjutan dari duodenum dan illeum di sebelah caudal
ventriculus dan berfungsi sebagai tempat absorbsi makanan. e. Caecum Berbentuk
seperti kantung berwarna hijau tua keabuabuan. Dalam coecum makanan disimpan
dalam waktu sementara. Pencernaan selulosa dilakuakan oleh bakteri yang
menghasilkan asam asetat, propionat dan butirat f. Intestinum crassum Colon
berjalan ke arah caudal diagonal menyilang
coecum. Di sini terdapat ascenden dan colon transverasum,
colon descenden dan colon sigmoideum yang belum jelas. g. Rectum Rectum merupakan
kelanjutan dari colon dan
membentuk feses. Rektum berakhir sebagai anus. h. Anus
Feses yang keluar lewat anus mengandung air. Feses merupakan sisa makanan yang
tidak tercerna. Cairan dari tractus digestivus, sel-sel epitel usus,
mikroorganisme, garam organik, stearol dan hasil dekomposisi dari bakteri
keluar melalui anus. Kelinci memiliki sistem pencernaan yang amat rumit, dan
mereka tidak dapat mencerna semua makanan dengan cara yang sama. Sebagai
contoh, mereka dapat mencerna fruktosa (zat gula pada buah-buahan) dengan
sangat baik, namun kemampuan untuk mencerna gula jenis lain sangat rendah,
karenanya permen dan kue-kue manis dapat membuat kelinci menjadi sangat sakit.
Hal ini disebabkan karena gula dan zat-zat makanan yang tidak dapat dicerna oleh
usus halus kelinci akan menumpuk di cecum, dan memancing bertambahnya bakteri
produsen racun yang menyebabkan banyak penyakit pada kelinci. Kelinci sangat
payah dalam hal mencerna selulosa (Fraga 1990) hal ini merupakan paradoks bagi
hewan pemakan tumbuhan. Daya cerna yang lemah terhadap serat dan kecepatan
pencernaan kelinci untuk menyingkirkan semua partikel yang sulit dicerna
menyebabkan kelinci membutuhkan jumlah makanan yang besar. Proses pencernaan
dimulai di mulut, dimana makanan akan diremukkan oleh gigi. Ketika seekor
kelinci makan, ia akan mengunyah kirakira 300 kali dan mencampurkannya dengan
liurnya. Ketika makanan sudah terasa halus, kelinci akan menelan makanan
melewati kerongkongan dan makanan akan berpindah ke lambung, disana kontraksi
otot akan meremas dan memutar makanan, memisahkan partikel-partikel dan
mencampurkan mereka dengan cairan lambung.
D. Sistem Pencernaan Domba (Poligastrik)
Hewan memamah biak (Ordo
Artiodactyla atau hewan berkuku genap, terutama dari subordo Ruminantia) adalah
sekumpulan hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang mencerna makanannya dalam
dua langkah, pertama dengan menelan bahan mentah, kemudian mengeluarkan makanan
yang sudah setengah dicerna dan mengunyahnya lagi. Lambung hewan-hewan ini
tidak hanya memiliki satu ruang (monogastrik) tetapi lebih dari satu ruang
(poligastrik, harafiah: berperut banyak).
Hewan yang memamah biak secara
teknis dalam ilmu peternakan serta zoologi dikenal sebagai ruminansia.
Hewan-hewan ini mendapat keuntungan karena pencernaannya menjadi sangat efisien
dalam menyerap nutrisi yang terkandung dalam makanan, dengan dibantu
mikroorganisme di dalam perut-perut pencernanya.
Semua hewan yang termasuk
subordo Ruminantia memamah biak, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, jerapah,
bison, rusa, kancil, gnu, dan antilop. Ruminansia yang bukan tergolong subordo
Ruminantia misalnya unta dan lama. Kuda, walaupun bukan poligastrik, memiliki
modifikasi pencernaan yang efisien pula.
Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia :
1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit
makanan berupa tetumbuhan seperli rumput.
2. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan
lobar.
3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling
makanan.
4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen,
Retikulum, Omasum dan Abomasum.
Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan
manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun
demikian, struktur alat pencernaan kadangkadang berbeda antara hewan yang satu
dengan hewan yang lain.
Lambung ruminansia
terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan
ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas
rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7- 8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini
terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi
sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi
pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase
yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan
akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi
gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan Jimuntahkan
kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan
kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang
memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan
diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih
terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan
protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak
tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini
akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan
pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial
seperti pada manusia.
Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak
hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat
menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif. Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar
dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang
mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio).
Kesimpulan
Pencernaan
adalah proses lanjutan dari pengambilan pakan (feed intake) oleh hewan dan
merupakan salah satu parameter untuk mengevaluasi mutu pakan secara biologis.
Pencernaan juga dimaksudkan sebagai persiapan untuk proses penyerapan zat
makanan yang akan dimanfaatkan lebih lanjut oleh sel tubuh.
Pada
dasarnya alat pencernaan hewan hampir sama yaitu terdiri dari mulut, lambung
(perut), usus halus dan usus besar. Namun pada perkembangan selanjutnya terjadi
modifikasi alat pencernaan yang disesuaikan dengan jenis makanan yang
mengakibatkan tipe, fungsi dan sistem pencernaannya menjadi berbeda. Hubungan
antara jenis makanan dengan alat pencernaan demikian eratnya sehingga hewan
dapat digolongkan menurut jenis makanannya atau tipe alat pencernaannya serta
proses pencernaannya.
Menurut tipe alat pencernaannya hewan digolongkan
ke dalam monogastrik dan poligastrik. Monogastrik adalah hewan berperut tunggal
dan sederhana. Alat pencernaannya terdiri dari mulut, esophagus, perut, usus
halus, usus besar dan rektum. Sistem pencernaannya disebut simple monogastric
system. Poligastrik adalah hewan berperut ganda (kompleks) seperti ruminansia
sejati (hewan yang mempunyai rumen) yaitu sapi kerbau, kambing, domba, rusa,
anoa, antelope dan pseudo-ruminant (onta, llama). Sistem pencernaannya disebut
pollygastric system.
sakit mata nak baca :(
BalasHapus