GEMA FAJAR GUNAWAN

Time

Sabtu, 06 Oktober 2012

Jenis Pakan Ternak

Jenis-jenis Pakan Ternak

1.                  Pakan Ternak Ayam Pedaging
Pakan ternak ini memiliki 3 jenis produk yang masing-masing memiliki formula berbeda dan disesuaikan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan pada setiap masa pertumbuhannya.
a.       Pakan Ternak untuk Pre-Starter
Pakan ternak ini memiliki diberikan kepada ayam pedaging berumur 1 hari hingga ayam pedaging tersebut berumur 7 hari.
b.      Pakan Ternak untuk Starter
Pakan ternak ini diberikan kepada ayam pedaging berumur 1 hari hingga ayam pedaging tersebut berumur 21 hari atau ayam pedaging berumur 8 hari hingga ayam pedaging tersebut berumur 21 hari.
c.       Pakan Ternak untuk Finisher
Pakan ternak ini diberikan kepada ayam pedaging berumur 22 hari hingga ayam pedaging tersebut dipanen atau sekitar 30-45 hari.

2.                  Pakan Ternak Ayam Petelur
Pakan ternak ini memiliki 4 jenis produk yang masing-masing memiliki formula berbeda dan disesuaikan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan pada setiap masa pertumbuhannya.
a.       Pakan Ternak untuk Pre-Starter
Pakan ternak ini diberikan kepada ayam petelur berumur 1 hari hingga ayam tersebut berumur 5 minggu.
b.      Pakan Ternak untuk Starter
Pakan ternak ini diberikan kepada ayam petelur berumur 6 minggu hingga ayam petelur tersebut berumur 10 minggu.
c.       Pakan Ternak untuk Grower
Pakan ternak ini diberikan kepada ayam petelur berumur 11 minggu hingga ayam petelur tersebut menghasilkan telur pertamanya.
d.      Pakan Ternak untuk Laying Phase
Pakan ternak ini diberikan kepada ayam petelur pada periode peneluran hingga afkir.

3.                  Pakan Ternak Lainnya
Selain pakan ternak di atas, Perseroan juga menawarkan beberapa produk pakan ternak untuk Ayam Pembibit Turunan, Itik, Ayam Kampung, Ayam Aduan, Burung Puyuh dan pakan untuk Sapid an Babi. Produk pakan ternak tersebut juga ditawarkan sesuai kebutuhan nutrisi pada setiap masa pertumbuhannya.


Selasa, 03 Juli 2012

Ketika Aku Tua


Ketika Aku Tua



Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku.

Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu,
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.
Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.
Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tekhnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan.

Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.
Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur
Dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.

Nilai kehidupan


Nilai Kehidupan



Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.
Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.
“Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini,” katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.
Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. “Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini.”
Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, “Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya.”
Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, “Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini.”
Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, “Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain”.
Segera timbul kesadaran baru. “Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain”.
Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.
Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.
Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Kisah seorang gadis buta

Kisah seorang gadis buta



Pada suatu hari ada seorang gadis buta yg sangat membenci dirinya sendiri. Karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.
Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi gadisnya itu kalau gadisnya itu sudah bisa melihat dunia.
Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu, yang akhirnya dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasih gadisnya itu.
Kekasihnya bertanya kepada gadisnya itu, ”Sayaaaang, sekarang kamu sudah bisa melihat dunia. Apakah engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dan dia menolak untuk menikahi si pria pacar-nya itu yg selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya selama si gadis itu buta matanya.
Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik ke-2 mata yg telah aku berikan kepadamu.”
Gadis itu menangis dan menyadari kebodohannya, betapa besar pengorbanan kekasihnya selama ini tapi kekasihnya telah pergi dengan membawa luka dihati.


Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.

Perusahaan Peternakan di Indonesia


Citra Mandiri Kencana, PT.
Jl. Raya Serang Km. 5.6, Jatake,Tangerang 15134 Banten,Indonesia
Banten
Fax.(021) 5903917
Telp.(021) 5903810
Animal feed for fish
CMK

Sierad Feedmill, PT.
Jl. Raya Serang Km. 31, Balaraja,Tangerang Banten,Indonesia
Banten
Telp.(021) 5853888
Animal feed for poultry, chicken

Japfa Comfeed Indonesia Tbk. [Tangerang BranchC, PT.
Jl. Raya Serang Km. 14.2, Cikupa,Tangerang 15001 Banten,Indonesia
Banten
Fax.(021) 5960953
Telp.(021) 5961888
Animal feed; Shrimp and poultry breeding

Pindo Mulia Duta Satwa, PT.
Jl. Kp. Kukun RT. 01/05, Rajeg,Tangerang 15540 Banten,Indonesia
Banten
Telp.(021) 6632123
Animal feed

Purindo Putra Jaya, PT.
Jl. Raya Kota Bumi Km. 6 No. 68, Mauk,Tangerang 15561 Banten,Indonesia
Banten
Fax.(021) 59316245
Telp.(021) 5928888
Animal feed

Bumindo Jaya Mandiri, PT.
Binong Permai Complex Block B-3 No. 1,Tangerang 15810 Banten,Indonesia
Banten
Telp.(021) 5981676
Animal feed

Bintang Terang Gemilang, PT.
Jl. Raya Rangkas Bitung Km. 3.2 Desa Cikande, Cikande,Serang 42186 Banten,Indonesia
Banten
Fax.(0254) 403129
Telp.(0254) 403240
Animal feed for poultry

Ali, PD.
Jl. Gunung Sahari XI No. 72-C,Jakarta Pusat 10720,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 6293440,Fax.(021) 6602352
Telp.(021) 6290195, Telp.(021) 6298122, Telp.(021) 6602355
Animal feed

Agro Makmur, PD.
Jl. Tiang Bendera I No. 65-C,Jakarta Barat 11230,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 6900551
Telp.(021) 6900471, Telp.(021) 6900472
Raw material for animal feed

Arya Indomonodon, PT.
Jl. Pintu Air Raya No. 48,Jakarta Pusat 10710,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 3446478,Fax.(021) 3451611
Telp.(021) 3812463, Telp.(021) 34831645
Animal feed : shrimp

Cargill Indonesia, PT.
Plaza Bapindo Citibank Tower, 23rd Floor,Jl. Jend. Sudirman Kav. 54-55,Jakarta Selatan 12190,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 5266677
Telp.(021) 5266788, Telp.(021) 52896488

Animal feed poultry
Central Panganpertiwi, PT.
Maspion Plaza, 10th Floor,Jl. Gunung Sahari Raya No. 18,Jakarta Utara 14420,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 64701132
Telp.(021) 64701200
Animal feed

Central Proteinaprima, PT.
SHS Building,Jl. Ancol Barat Block A-5E No. 10, Ancol Barat,Jakarta Utara 14430,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 6913160
Telp.(021) 6909964, Telp.(021) 6909958, Telp.(021) 6912501
Shrimp feed and animal feed

Charoen Pokphand Indonesia Tbk., PT.
Jl. Ancol VIII No. 1, Ancol Barat,Jakarta Utara 14430,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 6907324, Fax.(021) 6902538
Telp.(021) 6919999, Telp.(021) 6912501, Telp.(021) 6926368
Animal feed and shrimp feed

Cheil Samsung Indonesia, PT.
Menara Jamsostek, 21st Floor,Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 38,Jakarta Selatan 12710,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 52995192, Fax.(021) 52995193
Telp.(021) 52995000
Ilysine chloride(hydrochloric acid) & MSG; Animal feed

Citra Ina Feedmill, PT.
Jl. Suci Susukan Km. 24 Desa Susukan, Pasar Rebo,Jakarta Timur 13750,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 8413748
Telp.(021) 8400844
Animal feed; Veterinary preparation

Dwi Tunggal Kusumo, PT.
Jl. Raya Pengangsaan II No. 75, Pulogadung,Jakarta Utara 14250,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 4612640
Telp.(021) 4602753, Telp.(021) 4612638, Telp.(021) 4612639
Animal feed, poultry

Farmindo Utama (2), PT.
Jl. Hayam Wuruk No. 2-WW,Jakarta Pusat 10120,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 3807477
Telp.(021) 3861729
Animal feed

Sandika Agrowiratama, PT.
Jl. Tiang Bendera I No. 65-C,Jakarta Barat 11230,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 6900551
Telp.(021) 6900471, Telp.(021) 6900472
Raw material for animal feed

Grobest Indomakmur, PT.
Galeri Niaga Mediterania Complex Block D No. 8-G,Jl. Pantai Indah Kapuk,Jakarta Utara 14460,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 5882249
Telp.(021) 5882250
Animal feed for shrimp

Katraco Santika, PT.
c/o PT. Kapo Jl. KS. Tubun II-C No. 30,Jakarta Barat 11410,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 5480622
Telp.(021) 5480343
Mineral and vitamin additive for animal feed

Industri Tulang Indonesia (Intulin), PT.
Jl. Penggilingan Raya, Cakung,Jakarta Timur 13940,Indonesia
DKI Jakarta
Fax.(021) 4600962
Telp.(021) 4602971, Telp.(021) 4603472
Animal feed

Jenis Ayam Petelur


Jenis Ayam Petelur

Ayam petelur telah dikembangkan sangat pesat di setiapa negara. Sentra peternakan ayam petelur sudah dijumpai di seluruh pelosok Indonesia terutama ada di Pulau Jawa dan Sumatera, tetapi peternakan ayam telah menyebar di Asia dan Afrika serta sebagian Eropa.

Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:

1) Tipe Ayam Petelur Ringan.

Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah kaget dan bila kaget ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan.

2) Tipe Ayam Petelur Medium.

Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaran orang mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksinya telur cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam
petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.

Sabtu, 30 Juni 2012

Kebutuhan Protein pada Ternak Non Ruminansia


Kebutuhan Protein pada Ternak Non Ruminansia

Gema Fajar Gunawan
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Email: gemacules@gmail.com
Dalam dunia peternakan kita dapat membagi ternak kedalam dua golongan, yaitu ternak ruminansia dan ternak non ruminansia. Ternak yang masuk kedalam golongan ternak ruminansia diantaranya sapi, kambing, domba, kerbau dan ternak yang masuk golongan non ruminansia diantaranya yaitu ayam dan babi. Ternak non ruminansia berarti ternak yang tidak mengalami ruminasi atau memamah biak. Hal ini dikarenakan ternak non ruminansia memiliki perut tunggal.
Pakan merupakan faktor yang dominan dalam menentukan tingkat produksi ternak. Oleh karena itu, komposisi ransum harus sesuai dengan kebutuhan ternak. Zat gizi yang paling harus diperhatikan dalam penyusunan ransum yaitu protein dan karbohidrat. Kebutuhan zat gizi tersebut harus diketahui dalam penyusunan ransum supaya kebutuhan zat gizi ternak tersebut dapat terpenuhi. Pada kesempatan ini, saya akan coba membahas mengenai kebutuhan protein dan energi pada ternak ayam niaga pedaging, ayam niaga petelur dan babi.
Ayam niaga pedaging (broiler) merupakan ternak final stock yang dibudidayakan dengan tujuan sebagai penghasil daging. Kebutuhan protein dan energi harus diketahui sebelum menyusun ransum, oleh karena itu diperlukan keterampilan dalam menghitung kebutuhan protein dan energi untuk ternak ayam broiler. Kebutuhan protein pada ayam broiler terbagi kedalam 3 kebutuhan, yaitu kebutuhan protein untuk hidup pokok, kebutuhan protein untuk pertumbuhan jaringan atau karkas dan kebutuhan protein untuk pertumbuhan bulu. Kebutuhan energi pada ayam broiler juga dibagi menjadi 3 kebutuhan, yaitu kebutuhan energi untuk hidup pokok, kebutuhan energi untuk aktivitas dan kebutuhan energi untuk pertumbuhan. Pada ayam broiler kebutuhan protein dan energi harus memperhatikan fase pertumbuhannya.
Ayam niaga petelur merupakan ayam yang dibudidayakan dengan tujuan utama menghasilkan telur konsumsi. Pada ayam niaga petelur juga kebutuhan protein dan energi berbeda. Kebutuhan protein pada ayam niaga petelur dapat dibedakan menjadi 4, yaitu kebutuhan protein untuk hidup pokok, kebutuhan protein untuk pembentukan jaringan, kebutuhan protein untuk pertumbuhan bulu dan kebutuhan protein untuk pembentukan telur. Kebutuhan energi untuk ayam niaga petelur juga dapat dibedakan menjadi 4, yaitu kebutuhan energi untuk hidup pokok, kebutuhan energi untuk aktivitas, kebutuhan energi untuk pertumbuhan dan kebutuhan energi untuk pembentukan telur. Pada ayam niaga petelur kebutuhan protein dan energi juga harus memperhatikan fase pertumbuhannya.
Ternak babi memiliki keunggulan dapat beranak banyak (prolifik), sehingga prospektif untuk dibudidayakan. Kebutuhan protein dan energi pada ternak babi dapat dibedakan pada ternak yang sedang tumbuh dan ternak yang sedang bunting. Kebutuhan protein pada ternak sedang tumbuh dibedakan menjadi 2, yaitu kebutuhan protein untuk hidup pokok dan kebutuhan protein untuk pertumbuhan jaringan, sedangkan kebutuhan protein pada ternak bunting dapat dibedakan menjadi 4, yaitu kebutuhan protein untuk hidup pokok, kebutuhan protein untuk pertambahan bobot badan induk, kebutuhan protein untuk produk kebuntungan atau konsepsi dan kebutuhan protein untuk babi menyusui.
Kebutuhan energi pada ternak babi sedang tumbuh dapat dibedakan menjadi 2, yaitu kebutuhan energi untuk hidup pokok dan kebutuhan energi untuk pertumbuhan, sedangkan kebutuhan energi untuk ternak sedang bunting dapat dibedakan menjadi 3, yaitu kebutuhan energi untuk hidup pokok, kebutuhan energi untuk pertambahan bobot badan babi bunting dan kebutuhan energi untuk laktasi.
Penghitungan kebutuhan protein dan energi yang tepat akan memberikan panduan penyusunan ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak yang bersangkutan. Ternak non ruminansia yang mendapatkan pakan yang balance dari segi kualitas dan kuantitas, maka produksi yang dihasilkan dapat optimal. Semoga ulasan ini dapat menjadi bahan informasi bagi peternak maupun pihak terkait. Semoga banyak manfaatnya.

Kebutuhan Protein pada Ternak Non Ruminansia


Kebutuhan Protein pada Ternak Non Ruminansia

Gema Fajar Gunawan
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Email: gemacules@gmail.com
Dalam dunia peternakan kita dapat membagi ternak kedalam dua golongan, yaitu ternak ruminansia dan ternak non ruminansia. Ternak yang masuk kedalam golongan ternak ruminansia diantaranya sapi, kambing, domba, kerbau dan ternak yang masuk golongan non ruminansia diantaranya yaitu ayam dan babi. Ternak non ruminansia berarti ternak yang tidak mengalami ruminasi atau memamah biak. Hal ini dikarenakan ternak non ruminansia memiliki perut tunggal.
Pakan merupakan faktor yang dominan dalam menentukan tingkat produksi ternak. Oleh karena itu, komposisi ransum harus sesuai dengan kebutuhan ternak. Zat gizi yang paling harus diperhatikan dalam penyusunan ransum yaitu protein dan karbohidrat. Kebutuhan zat gizi tersebut harus diketahui dalam penyusunan ransum supaya kebutuhan zat gizi ternak tersebut dapat terpenuhi. Pada kesempatan ini, saya akan coba membahas mengenai kebutuhan protein dan energi pada ternak ayam niaga pedaging, ayam niaga petelur dan babi.
Ayam niaga pedaging (broiler) merupakan ternak final stock yang dibudidayakan dengan tujuan sebagai penghasil daging. Kebutuhan protein dan energi harus diketahui sebelum menyusun ransum, oleh karena itu diperlukan keterampilan dalam menghitung kebutuhan protein dan energi untuk ternak ayam broiler. Kebutuhan protein pada ayam broiler terbagi kedalam 3 kebutuhan, yaitu kebutuhan protein untuk hidup pokok, kebutuhan protein untuk pertumbuhan jaringan atau karkas dan kebutuhan protein untuk pertumbuhan bulu. Kebutuhan energi pada ayam broiler juga dibagi menjadi 3 kebutuhan, yaitu kebutuhan energi untuk hidup pokok, kebutuhan energi untuk aktivitas dan kebutuhan energi untuk pertumbuhan. Pada ayam broiler kebutuhan protein dan energi harus memperhatikan fase pertumbuhannya.
Ayam niaga petelur merupakan ayam yang dibudidayakan dengan tujuan utama menghasilkan telur konsumsi. Pada ayam niaga petelur juga kebutuhan protein dan energi berbeda. Kebutuhan protein pada ayam niaga petelur dapat dibedakan menjadi 4, yaitu kebutuhan protein untuk hidup pokok, kebutuhan protein untuk pembentukan jaringan, kebutuhan protein untuk pertumbuhan bulu dan kebutuhan protein untuk pembentukan telur. Kebutuhan energi untuk ayam niaga petelur juga dapat dibedakan menjadi 4, yaitu kebutuhan energi untuk hidup pokok, kebutuhan energi untuk aktivitas, kebutuhan energi untuk pertumbuhan dan kebutuhan energi untuk pembentukan telur. Pada ayam niaga petelur kebutuhan protein dan energi juga harus memperhatikan fase pertumbuhannya.
Ternak babi memiliki keunggulan dapat beranak banyak (prolifik), sehingga prospektif untuk dibudidayakan. Kebutuhan protein dan energi pada ternak babi dapat dibedakan pada ternak yang sedang tumbuh dan ternak yang sedang bunting. Kebutuhan protein pada ternak sedang tumbuh dibedakan menjadi 2, yaitu kebutuhan protein untuk hidup pokok dan kebutuhan protein untuk pertumbuhan jaringan, sedangkan kebutuhan protein pada ternak bunting dapat dibedakan menjadi 4, yaitu kebutuhan protein untuk hidup pokok, kebutuhan protein untuk pertambahan bobot badan induk, kebutuhan protein untuk produk kebuntungan atau konsepsi dan kebutuhan protein untuk babi menyusui.
Kebutuhan energi pada ternak babi sedang tumbuh dapat dibedakan menjadi 2, yaitu kebutuhan energi untuk hidup pokok dan kebutuhan energi untuk pertumbuhan, sedangkan kebutuhan energi untuk ternak sedang bunting dapat dibedakan menjadi 3, yaitu kebutuhan energi untuk hidup pokok, kebutuhan energi untuk pertambahan bobot badan babi bunting dan kebutuhan energi untuk laktasi.
Penghitungan kebutuhan protein dan energi yang tepat akan memberikan panduan penyusunan ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak yang bersangkutan. Ternak non ruminansia yang mendapatkan pakan yang balance dari segi kualitas dan kuantitas, maka produksi yang dihasilkan dapat optimal. Semoga ulasan ini dapat menjadi bahan informasi bagi peternak maupun pihak terkait. Semoga banyak manfaatnya.

Pencernaan Pada Hewan Non Ruminansia


PENCERNAAN PADA HEWAN NON RUMINANSIA 

Oleh: Gema Fajar Gunawan
Mahasiswa Peternakan UNSOED 2009/2010

Pada ternak non ruminansia, lipogenesis atau pembentukan asam lemak dapat berasal dari glukosa (dari hasil antara siklus kreb) karena adanya enzim citrate lyase, sedangkan pada ruminansia berasal dari asetat bukan dari glukosa.Kemampuan adaptasi saluran pencernaan berdasarkan atas fungsi fisiologis tergantung pada pasokan nutrisi yang diberikan pada periode perkembangan awal setelah menetas. Menurut Zhou et al. (1990), status nutrisi dan pola pemberian ransum dapat memodifikasi fungsi saluran pencernaan. Kapasitas saluran pencernaan pada ayam periode awal dalam memanfaatkan nutrisi (asam amino dan gula) telah dilaporkan oleh Rovira et al. (1994). Pemberian protein atau asam amino dalam jumlah banyak dapat meningkatkan daya serap usus, atau berakibat sebaliknya dengan pembatasan ransum. Kemampuan usus dalam memanfaatkan nutrisi ditentukan oleh perkembangan saluran percernaan secara fisiologis yang dilihat dari segi aktivitas enzim.
Dilakukannya pengukuran aktivitas enzim protease dalam saluran pencernaan adalah karena erat hubungannya dengan penggunaan protein yang merupakan nutrisi penting pada periode starter dan pertumbuhan. Perkembangan saluran pencernaan secara fisiologis, khususnya usus halus, berdasarkan aktivitas enzim protease total pada ayam yang berasal dari pemeliharaan in situ, dapat memberikan arti tentangkemampuan dalam memanfaatkan nutrisi untuk hidup pokok termasuk kesehatan dan proses produksi. Penelitian eksploratif dengan pengamatan aspek aktivitas enzim protease pada saluran pencernaan menurut umur (time course) merupakan fenomena yang dapat dipakai sebagai dasar pola perubahan pemeliharaan dari in situ menjadi exsitu dengan perbaikan ransum.
Dari berbagai sumber.

Proses Pencernaan Hewan Ruminansia


Hewan ruminansia seperti kerbau, domba, kambing, sapi, kuda, jerapah, kancil, rusa adalah hewan pemakan tumbuhan atau biasa disebut herbivora. Hewan tersebut memiliki karakter unik dalam mencerna makanan, yaitu dengan dua langkah pencernaan sebelum makanan benar - benar masuk ke dalam lambung.  Pertama adalah dengan menelan bahan makanan mentah, kemudian hewan mengeluarkan makanan setengah dicerna itu lagi dari perutnya dan akan mengunyahnya lagi. Lambung pada ruminansia berbeda dengan hewan pada umumnya, terdapat 2 buah ruang. Dikenal istilah rumen untuk menggambarkan lambung pada ruminansia dewasa.

Proses Pencernaan Hewan Ruminansia

Ruminansia memilliki sistem pencernaan yang sama dengan manusia ataupun hewan lainnya. Terdiri atas mulut, faring, esophagus, lambung, dan juga usus. Lambung pada ruminansia terdiri dari 4 bagian. Hal inilah yang unik pada ruminansia dan tidak dimiliki oleh hewan lainnya. Ada rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Ukuran dapat bervariasi sesuai dengan jenis, umur dan juga faktor makanan ruminansia.

Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:

3 3 0 0 0 0 0 0 Rahang atas

M P C I I C P M Jenis gigi

3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah

I = insisivus = gigi seri

C = kaninus = gigi taring

P = premolar = geraham depan

M = molar = geraham belakang

Dilihat dari susunan rumus gigi di atas, adakah yang berbeda dari rumus gigi pada umumnya? ternyata sapi tidak mempunyai gigi seri bagian atas ataupun gigi taring. Sebagai gantinya, ruminansia mempunyai gigi geraham yang lebih banyak. Hal ini memudahkan serta sesuai dengan makanan pokok sapi ataupun ruminansia yang lain, yaitu sebagai pengunyah serat kasar.

Proses pencernaan ruminansia tergolong unik karena melibatkan bagian yang tidak dimiliki hewan lain selain ruminansia, yaitu rumen. Fungsi rumen itu sendiri adalah sebagai penampung sementara makanan setelah ditelan hewan. Jadi setelah makanan dikunyah di mulut, maka akan ditampung sementara di rumen yang kemudian akan terjadi fermentasi selulosa oleh enzim selulase. Setelah melewati rumen, maka siklus makanan tersebut akan melanjut ke retikulum. Pada retikulum inilah makanan dibentuk menjadi gumpalan yang masih kasar. Nah, setelah jadi gumpalan ternyata yang terjadi bukan langsung melanjut ke bagian berikutnya, tapi dimuntahkan dulu ke mulut untuk dikunyah lagi. Setelah terjadi proses pengunyahan yang kedua kalinya itu, maka makanan akan melanjut ke retikulum. Setelah melewati proses tersebut, siklus makanan melanjut lagi menuju omasum dan abomasum.

Bakteri rumen akan menghasilkan suatu enzim yang disebut selulase yang bertugas merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, dalam lingkungan abomasum yang bersifat asam bakteri tidak dapat bertahan hidup, akibatnya bakteri ini akan mati, kemudian akan dicerna untuk menjadi sumber protein bagi hewan ruminansia. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia. Asam lemak serta protein inilah yang menjadi bahan baku pembentukkan susu pada sapi.

Sekum pada ruminansia lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal ini disebabkan karena makanan hewan hewan pemakan tumbuhan bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanannya kecil dan percernaan berlangsung dengan cepat.

Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 4 meter. Hal ini dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa) enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energy alternatif.

Selasa, 26 Juni 2012

Keajaiban Sholat


KEAJAIBAN SHOLAT

Shalat itu menyehatkan

ternyata, gerakan shalat itu menyehatkan tubuh loh!

Begini ceritanya....

Sholat Tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang yang melakukannya mendapatkan tempat (maqam) terpuji di sisi Allah SWT (Qs Al-Isra: 79) tapi juga sangat penting bagi dunia kedokteran. Menurut hasil penelitian Mohammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya, salah satu shalat sunah itu bisa membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker.

Tidak percaya? “Cobalah Anda rajin-rajin sholat tahajjud. Jika anda melakukannya secara rutin, benar, khusuk, dan ikhlas, niscaya Anda terbebas dari infeksi dan kanker,” ucap Sholeh. Ayah dua anak itu bukan ‘tukang obat’ jalanan. Dia melontarkan pernyataanya itu dalam desertasinya yang berjudul Pengaruh Sholat Tahajjud Terhadap Peningkatan Perubahan Response Ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi. Dengan desertasi itu, Sholeh berhasil meraih gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran pada Program Pasca Sarjana Universitas Surabaya, yang dipertahankannya Selasa pekan lalu.

Selama ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakan ibadah sholat tambahan atau sholat sunah. Padahal jika dilakukan secara kontinyu, tepat gerakannya, khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu menumbuhkan respons ketahannan tubuh (imonologi) khususnya pada imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi (coping).

Sholat tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar menggugurkan status sholat yang mu’akkadah (sunah mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada sisi rutinitas sholat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan. Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan mental psikis. Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan teknologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri, dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol.

Parameternya, lanjut Sholeh, bisa diukur dengan kondisi tubuh. Pada kondisi normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari normalnya antara 38-690 nmol/liter. Sedang pada malam hari-atau setelah pukul 24:00 normalnya antara 69-345 nmol/liter. Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Begitu sebaliknya. Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini yang membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin.

Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap 41 responden siswa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan sholat tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan sholat tahjjud selama dua bulan. Sholat dimulai pukul 02-00-3:30 sebanyak 11 rakaat, masing masing dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya (Paramita, Prodia dan Klinika). Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajjud. Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan individual untuk menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. Jadi sholat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efectif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress.

Nah, menurut Sholeh, orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan sholat tahajjud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan teknik medis menunjukkan, sholat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik.

Sebuah bukti bahwa, keterbatasan otak manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat, anugrah yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya.

Haruskah kita menunggu untuk bisa masuk di akal kita? Seorang doktor di Amerika telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang ditemuinya di dalam penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh akal fikiran. Dia adalah seorang doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu ia telah membuka sebuah klinik yang bernama “Pengobatan Melalui Al Qur’an” Kajian pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan seperti yang terdapat di dalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji hitam (Jadam) dan sebagainya.

Ketika ditanya bagaimana dia tertarik untuk memeluk Islam, maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah.

Padahal setiap inchi otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara lebih normal. Setelah membuat kajian yang memakan waktu akhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikut kadar sembahyang 5 waktu yang diwajibkan oleh Islam.

Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa yang tidak menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal. Oleh karena itu, kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut agama Islam “sepenuhnya” karena sifat fitrah kejadiannya memang telah dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini.

Keajaiban Puasa

Keajaiban Puasa Ramadhan: Pembaruan Struktur Otak & Relaksasi Sistem Saraf

Selama sebulan puasa selama Ramadhan, umat Islam jalani runititas sahur, menahan diri dari makan, minum & seks, serta amalan ibadah. Penelitian menunjukkan bahwa pengaturan dan pembatasan asupan kalori meningkatkan kinerja otak. Subhanallah, puasa Ramadhan terbukti bermanfaat untuk membentuk struktur otak baru dan merelaksasi sistem saraf.
Otak merekam kegiatan yang dilakukan secara simultan. Begitu juga dengan aktivitas puasa. Selama satu bulan, tubuh diajak menjalani rutinitas sahur, menahan diri dari makan, minum, dan seks, kemudian berbuka di petang hari serta menjalankan ibadah Ramadan lainnya.
Berpuasa menjadi bagian dari perintah agama. Sementara itu agama dan spiritualitas merupakan bentuk perilaku manusia yang dikontrol otak. Ketua Centre for Neuroscience, Health, and Spirituality (C-NET) Doktor Taufiq Pasiak mengatakan bahwa puasa menjadi latihan mental yang berkaitan dengan sifat otak, yakni neuroplastisitas. “Sel-sel otak dapat mengalami regenerasi dan membentuk hubungan struktural yang baru, salah satunya karena latihan mental yang terus-menerus,” kata Taufik.
Bahasa awamnya, kata dia, apabila seseorang melakukan perbuatan baik secara terus-menerus, struktur otaknya akan berubah. Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah sel saraf itu minimal 21 hari. Menurut Taufik, puasa adalah latihan mental yang menggunakan perantara latihan menahan kebutuhan fisik (makan, minum, seks).

...Apabila seseorang melakukan perbuatan baik secara terus-menerus, struktur otaknya akan berubah...
Selain membentuk struktur otak baru, Taufik menjelaskan bahwa puasa merelaksasi sistem saraf, terutama otak. Tetapi ada perbedaan mendasar antara relaksasi sistem pencernaan dan sistem saraf. Selama puasa, sistem pencernaan benar-benar beristirahat selama sekitar 14 jam, sementara di dalam otak orang yang berpuasa justru terjadi pengelolaan informasi yang banyak.

brandalmascilik.blogspot.com
Otak Manusia
Contohnya, kata dia, otak dapat mengingat dengan baik di saat tenang dan rileks. Ketika tidur, biasanya orang bermimpi. Kenapa? Karena di waktu ini otak hanya menerima dan mengelola informasi yang berasal dari dalam dirinya. Di dalam Al-Quran, menurut Taufik, ada istilah an-nafsul-muthmainah (jiwa yang tenang) karena memang dalam suasana tenang orang dapat berpikir dengan baik dan memiliki kepekaan hati yang tajam. “Ketenangan membuat kita tidak reaktif menghadapi permasalahan,” katanya.
Luqman Al-Hakim pernah menasihati anaknya, “Wahai anakku, apabila perut dipenuhi makanan, maka gelaplah pikiran, bisulah lidah dari menuturkan hikmah (kebijaksanaan), dan malaslah segala anggota badan untuk beribadah.”
Otak terdiri atas triliunan sel yang terhubung satu dengan lainnya. Di dalamnya bisa disimpan 1 miliar bit memori atau ingatan. Ini sama dengan informasi dari 500 set ensiklopedia lengkap.
Di dalam otak, ada sel yang disebut sebagai neuroglial cells. Fungsinya sebagai pembersih otak. Saat berpuasa, sel-sel neuron yang mati atau sakit akan ‘dimakan’ oleh sel-sel neuroglial ini. Fisikawan Albert Einstein dikenal sebagai orang yang suka berpuasa. Ketika mendonasikan tubuhnya, para ilmuwan menemukan sel-sel neuroglial di dalam otak Einstein 73 persen lebih banyak ketimbang orang kebanyakan.

….Penelitian Universitas Harvard, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa pengaturan dan pembatasan asupan kalori meningkatkan kinerja otak...
Sebuah penelitian yang dilakukan John Rately, seorang psikiater dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa pengaturan dan pembatasan asupan kalori meningkatkan kinerja otak. Dengan alat functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI), Rately memantau kondisi otak mereka yang berpuasa dan yang tidak. Hasilnya, orang yang shaum memiliki aktivitas motor korteks yang meningkat secara konsisten dan signifikan.
Taufik mengatakan bahwa puasa adalah salah satu bentuktazkiyatun nafs (menumbuhkan nafsu) dan tarbiyatun iradah(mendidik kehendak). Karena itu, sejak niat puasa, perilaku selama berpuasa dan ritual-ritualnya berada dalam konteks memperbaiki nafsu, menumbuhkan, kemudian mengelola kemauan-kemauan manusia.

PENYAKIT METABOLIK PADA SAPI PERAH


PENYAKIT METABOLIK PADA SAPI PERAH

Penyakit Metabolik Pada Sapi Perah

Perubahan fisiologi dari bunting, beranak, laktasi merupakan hal yang sangat berat bagi sapi perah. Banyak perubahan hormonal yang terjadi berkaitan dengan proses tersebut. Perubahan tersebut tentu akan mempunyai dampak yang sangat signifikan manakala kebutuhan metabolismenya tidak tercukupi dengan baik, selain dampak yang perlu diwaspadai meski secara fisiologi normal. Sebagian besar kejadian penyakit metabolik ataupun penyakit peripartus lain pada sapi perah seperti milk fever, ketosis, retensi plasenta, left displacement abomasum terjadi dalam dua minggu pertama laktasi. Pada tulisan ini lebih difokuskan pembahasan tentang penyakit milk fever dan dampaknya pada sistem kekebalan serta penyakit lain pada sapi perah pada periode periparturien.
PENTINGNYA MASA PERIPARTURIEN
Periode periparturien oleh banyak ahli ditetapkan 3 minggu sebelum partus hingga 3 minggu setelah partus. Istilah lain yang mungkin dikenal adalah transition period. Pada periode ini banyak terjadi perubahan-perubahan yang drastis mulai persiapan kelahiran, proses kelahiran dan pasca kelahiran termasuk mulainya periode laktasi. Pada saat partus sejumlah hormon yang berkaitan dengan reproduksi, pengaturan dan stress dilepas dari hipofisis, yang kemudian menstimulasi organ endokrin lain atau jaringan target, termasuk sistem kekebalan. Seperti kita ketahui bahwa proses kelahiran akan dimulai dengan meningkatnya glukortikoid. Glukokortikoid telah lama dikenal sebagai agen imunosupresif, menghambat proses kesembuhan, menurunkan limfosit. Konsekuensinya adalah kebuntingan, kelahiran dan laktasi yang berkaitan profil neuroendokrin akan berpengaruh pada respon sistem kekebalan. Penelitian Kehrli dan Goff (1989) menunjukkan hal yang lebih jelas berkaitan dengan penurunan fungsi neutrofil dan limfosit pada periode peripaturien. Ini berarti bahwa sapi yang berada pada periode periparturien mempunyai risiko yang tinggi terhadap terjadinya penyakit infeksius. Selain itu, hal penting yang terjadi pada periode periparturient adalah keluarnya susu. Susu yang pertama kali keluar disebut kolostrum. Komposisi kolostrum ini berbeda dengan susu normal, terutama kandungan kalsium. Kandungan kalsium kolostrum bisa mencapai 2,1 gram/l atau 10 kali lipat dibanding susu normal. Kalsium susu ini berasal dari kalsium darah yang disuplai ke dalam ambing untuk menjadi bagian dari komposisi susu atau kolostrum. Karena peran kalsium yang sangat penting di dalam tubuh maka konsentrasi kalsium darah yang hilang setelah disuplai ke ambing dan keluar tubuh bersama susu, dipertahankan (homeostasis) dengan suatu mekanisme metabolisme kalsium. Bila terjadi gangguan dalam mempertahankan konsentrasi kalsium di dalam darah maka akan terjadi penurunan konsentrasi kalsium darah.

HUBUNGAN PENYAKIT METABOLIK DAN MASTITIS
Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan adanya hubungan antara penyakit metabolik dengan mastitis. Sebuah penelitian di New York terhadap 2.190 sapi perah menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara milk fever dengan mastitis. Sapi-sapi penderita milk fever akan mempunyai risiko 8,1 kali lebih tinggi mengalami mastitis dibanding sapi-sapi yang tidak menderita milk fever. Di Swedia, sapi penderita ketosis akan mempunyai risiko mengalami mastitis dua kali lebih tinggi. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa sapi perah penderita mastitis akan lebih parah bila mengalami retensi plasenta. Di Inggris, lahir kembar, distokia, retensi plasenta dan kepincangan sebelum kawin pertama kali pasca partus meningkatkan risiko mastitis (Peeler et al., 1994)
MILK FEVER
Milk fever dan hipokalsemia subklinis (total kalsium darah 2,0 mmol/l) adalah penyakit penting akibat gangguan makromineral pada sapi-sapi periode periparturien. Kejadian milk fever biasanya sekitar 5-10%, namun beberapa penulis pernah menyatakan insidensi rate milk fever bisa mencapai 34% bahkan lebih. Di Irlandia kejadian milk fever bisa mencapai 50%, di New Zealand sebesar 33% (Mulligan et al., 2006). Namun dari semua laporan yang pernah ada, belum pernah dilaporkan prevalensi hipokalsemia subklinis.
Milk fever adalah penyakit yang terjadi akibat ketidakmampuan seekor sapi beradaptasi terhadap perubahan konsentrasi kalsium di dalam tubuhnya. Kalsium adalah makromineral yang sangat penting di dalam tubuh. Kalsium berperan dalam proses pembentukan tulang, kontraksi otot, pembekuan darah dan lain-lain. Bila seekor sapi kehilangan kalsium akibat proses pemerahan, maka kalsium darah harus segera tergantikan. Ketidakmampuan sapi menanggapi kebutuhan tersebut menyebabkan konsentrasi kalsium darahnya turun dan menyebabkan gangguan peran fungsi kalsium termasuk kontraksi otot. Pada umumnya sapi penderita mempunyai konsentrasi kalsium darah kurang dari 7 mg/dl. Implikasi menurunnya peran fungsi kalsium mempunyai dampak yang luas terhadap sistem kekebalan dan penyakit-penyakit lain pada sapi periode periparturien. Penelitian Triakoso dan Willyanto (2001) pada sapi perah di KUD Karang Ploso Malang, juga menunjukkan hal yang sama. Parturient hipokalsemia pada sapi-sapi di KUD Karang Ploso Malang meningkatkan risiko terjadinya distokia sebesar 7,8; retensi plasenta 2,6; metritis 4,1 dan kepincangan sebesar 6,6 kali dibanding sapi yang tidak megalami parturient hipokalsemia.
MILK FEVER DAN MASTITIS
Milk fever meningkatkan risiko terjadi mastitis pada sapi perah. Penderita milk fever akan mengalami kesulitan mengalami kontraksi otot, termasuk juga otot-otot lubang puting. Penelitian Daniel et al. (1983) menunjukkan hubungan antara kekuatan dan laju kontraksi otot polos intestinal sejalan dengan konsentrasi kalsium darah. Sphincter lubang puting tersusun dari otot-otot polos. Kontraksi otot-otot polos tersebut akan menyebabkan lubang puting menutup. Jika terjadi hipokalsemia maka akan terjadi penurunan kekuatan dan laju kontraksi otot polos tersebut dan pada akhirnya akan menyebabkan gangguan penutupan lubang puting. Dan sebagaimana kita tahu bahwa lubang puting akan membuka sangat lebar setelah proses pemerahan dan semakin lebar bila sapi tersebut produksi susunya tinggi. Sementara itu penderita milk fever cenderung untuk rebah karena tidak mampu menopang berat badannya, karena kelemahan kontraksi otot-otot tubuhnya. Terbukanya lubang puting dan kecenderungan sapi rebah akan meningkatkan kemungkinan masuknya bakteri melalui lubang puting yang menjadi dasar proses kejadian mastitis. Sementa itu, neutrofil dan limfosit perifer mengalami penurunan fungsi kekebalan pada sapi penderita milk fever (Kehrli, Jr. and Goff, 1989). Dengan demikian memang milk fever meningkatkan risiko mastitis. Beberapa penelitian menyatakan bahwa risiko matitis meningkat 8 kali pada sapi penderita milk fever.
Hipokalsemia juga menjadi stressor bagi sapi perah. Sapi perah yang memasuki inisiasi partus akan terjadi peningkatan kadar kortisol 3-4 kali. Pada sapi hipokalsemia subklinis ditemukan peningkatan kortisol 5-7 kali saat partus, sementara pada sapi yang mengalami milk fever ditemukan peningkatan kortisol 10-15 kali lipat (Horst and Jorgensen, 1982). Tingginya kadar kortisol akan menyebabkan imunosupresi pada sapi pada periode periparturien dan diduga mulai terjadi 1-2 minggu sebelum partus (Kehrli et al., 1989; Ishikawa et al, 1987; Kashiwazaki et al., 1985).
DISTOKIA DAN PROLAPSUS UTERI
Beberapa penlitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kejadian pada sapi penderita milk fever terhadap distokia. Beberapa kasus menunjukkan bahwa odd ratio distokia sebesar 2-3 kali lebih tinggi, bahkan hingga 6 kali lebih tinggi dibanding normal (Curtis et al., 1983;, Erb et al., 1985, Correa et al., 1993). Berkaitan dengan kejadian distokia pernah juga dilaporkan sapi penderita prolapsus uteri menunjukkan konsentrasi kalsium serum lebih rendah dibanding normal (Risco et al., 1984). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 19% sapi penderita prolapsus uteri menunjukkan hipokalsemia berat (kalsium serum <4mg/dl), sementara 28 sapi lainnya menunjukkan hipokalsemia moderat (kalsium serum 4,1 sampai 6,0 mg/dl).
RETENSI PLASENTA DAN ENDOMETRITIS
Beberapa penelitian yang mengungkap bahwa milk fever meningkatkan risiko kejadian retensi plasenta (House et al., 2001; Curtis et al., 1989). Dampak langsung milk fever terhadap retensi plasenta sebesar 2 kali, selain interaksi tidak langsung akibat milk fever pada distokia (Erb et al., 1985). Dampak tidak langsung milk fever terhadap retensi plasenta adalah, dimana milk fever menjadi faktor risiko terjadinya distokia dan distokia menjadi faktor risiko retensi plasenta (Correa et al., 1993). Melendez et al. (2004) melaporkan bahwa konsentrasi kalsium plasma lebih rendah pada penderita retensi plasenta dibanding sapi normal. Berdasarkan informasi di atas, retensi plasenta cenderung lebih banyak terjadi pada sapi penderita milk fever subklinis dibanding milk fever klinis.
Dalam hubungannya dengan kasus endometritis, penelitian Sheldon (2005) menunjukkan bahwa sapi penderita hipokalsemia klinis menunjukkan kejadian penyakit endometritis lebih tinggi dibanding sapi normal.
MILK FEVER DAN FERTILITAS
Banyak peneliti yang menduga milk fever menurunkan fertilitas sapi perah. Hal ini akibat peran kalsium pada organ reproduksi, dimana pada penderita milk fever terjadi gangguan fungsi otot uterus, adanya perlambatan involutio uteri (Borberry and Dobson, 1989) serta adanya perlambatan aliran darah uteri (Johnson dan Daniel, 1997). Hal-hal lain yang diduga berpengaruh terhadap fertilitas secara tidak langsung adalah kejadian distokia dan retensio plasenta serta endometritis. Penelitian Whiteford and Sheldon (2005) sapi penderita milk fever klinis memiliki diameter kornua uteri lebih besar pada saat bunting ataupun saat tidak bunting antara hari ke 15 hingga 45 pasca partus. Hal ini mengindikasikan adanya perlambatan involutio uteri. Penelitian ini juga melihat adanya penurunan gambaran corpus luteum, hal mana mengindikasikan terjadinya penurunan ovulasi setelah proses kelahiran. Penelitian Kamgarpour et al. (1999) menunjukkan sapi penderita hipokalsemia subklinis mempunyai folikel yang diovulasikan pada hari ke 15, 30 dan 40 pasca partus dan ukuran folikel yang diovulasikan pertama kali lebih kecil dibanding normal. Borsbery and Dobson (1989) melaporkan bahwa terjadi peningkatan service per conception, calving to service interval, serta calving to service conception pada sapi penderita milk fever.
MILK FEVER DAN SALURAN PENCERNAAN
Beberapa peneliti pernah melaporkan adanya keterkaitan antara milk fever dengan penyakit-penyakit gastrointestinal seperti rumen dan abomasum (Daniel, 1983; Jorgensen et al., 1998). Hal ini karena adanya penurunan motilitas muskulus rumen dan abomasum pada sapi penderita hipokalsemia subklinis maupun klinis. Menurunnya motilitas ini juga berpengaruh terhadap intake pakan. Penurunan intake pakan akan sangat tampak pada sapi yang berpoduksi tinggi, dimana kebutuhan akan pakan juga tinggi. Goff (2003) mengindikasikan bahwa menurunnya motilitas dan kekuatan kontraksi abomasum akan berpengaruh terhadap kejadian atoni abomasun dan distensi abomasum pada sapi yang mempunyai konsentrasi kalsium rendah di sekitar waktu partus.

Animasi

gambar